Salah jurusan kuliah adalah penyakit saya di masa muda. Kalau Anda memiliki pengalaman yang sama, atau saat ini merasa sedang berada di keadaan salah jurusan, saya berharap cerita saya bisa menjadi gambaran: ternyata salah jurusan tidak akan mempengaruhi masa depan kita seterusnya, asaaal kita bisa memahami apa keinginan kita di masa mendatang
Kenapa sih bisa salah jurusan?
Saya adalah orang dengan banyak cita-cita. Sejak kecil, saya suka menonton pertandingan badminton, saat itu saya bercita-cita ingin menjadi atlet seperti Susi Susanti. Namun saat TK, saya mengenal profesi pramugari, dan sejak itu saya menempatkan pramugari sebagai dream job saya. Sayangnya, saat saya duduk di bangku SMA, saya sadar bahwa saya tidak bisa menjadi pramugari karena banyak sekali syarat fisik yang tidak bisa terpenuhi. So, bye-bye dream job! Saya juga bercita-cita jadi penulis, punya salon, punya restoran, punya butik, punya hotel, jadi bupati, jadi menteri, huff banyak deh! Tapi nggak benar-benar ada yang diseriusin.
Saking banyaknya cita-cita yang saya miliki, saya jadi nggak fokus. Menurut saya, tahu apa yang kita mau sedari dini itu penting. Minat & bakat yang kita miliki pun, harus kita pahami betul. Sayangnya dalam sistem pendidikan yang saya dapat it didn't work that way. Menurut saya nih ya, sejak kecil kita selalu didoktrin untuk menggunakan otak kiri dan mengasahnya setiap saat. Sementara otak kanan lebih terabaikan. Sejak kecil saya suka menulis, saya suka gambar (walaupun tidak pernah bisa menggambar dengan baik), suka dengan kerajinan tapi tidak diasah secara optimal, dan suka olahraga. Sementara di masa-masa SMA saya tidak punya role model yang tepat, menurut analisa saya, itu juga menjadi kekurangan diri saya di masa lalu. Karena kurang referensi role model, sehingga saya tidak tahu apa yang ingin saya capai di masa mendatang. Well, saat itu saya suka dengan Fira Basuki, namun saya merasa jauuuh banget buat jadi seseorang seperti mbak Fira; penulis sekaligus editor in chief. Jadi saya mengubur dalam-dalam keinginan saya untuk menjadi seperti beliau. Tapi siapa yang tahun 10 tahun dari masa itu, akhirnya saya bisa jadi Editor in Chief untuk eMagazine kantor saya! Masa depan memang lucu, kuncinya adalah never give up on your dream!
Di sisi lain, keluarga adalah orang terdekat yang membentuk diri kita. Kebetulan Bapak saya adalah guru akuntansi, dan bagi beliau akuntan maupun auditor adalah pekerjaan yang menjanjikan sehingga beliau sangat mendukung saya untuk masuk ke jurusan akuntansi saat kuliah nanti. Saya yang belum tahu apa yang saya inginkan, mengiyakan saja. Saat saya pindah sekolah, dari SMA 1 Pati ke SMA 1 Rembang, barulah saya bertemu dengan teman-teman yang memiliki minat di bidang seni, seperti seni arsitektur dan desain komunikasi visual. Sejak bertemu mereka, entah kenapa saya merasa bahwa otak kanan saya jarang sekali digunakan selama ini, sehingga akhirnya saya kembali mencari tahu apa yang benar-benar saya suka dan muncullah jawaban: saya suka dunia komunikasi. Namun saat itu saya belum tahu pasti komunikasi seperti apa yang saya sukai; jurnalistik, broadcasting, periklanan atau public relation. Kenapa saya tidak tahu hal-hal tersebut? Kembali lagi ke cerita di atas: Kurangnya referensi! Saya memang suka membaca buku, namun buku yang saya temukan di perpustakaan maupun di rental buku lebih banyak berisi novel (fiksi & non fiksi), ilmu agama, budidaya pertanian dan majalah remaja. Saya tidak pernah tahu apa itu pekerjaan jurnalis, creative, art director, copywriter maupun PR. Mungkin jika saya sudah paham tentang pekerjaan-pekerjaan tersebut saat SMA, saya akan lebih menekuni bidang tersebut dan mulai fokus dengan minat saya.
Akuntansi Undip 2006 |
Saat UMPTN, saya mengisi Akuntansi & Komunikasi sebagai jurusan yang saya pilih. Mungkin doa orang tua saya lebih mujarab dibanding doa saya sendiri, sehingga diterimalah saya di jurusan akuntansi. Meeen, asliii, saya sadar bahwa saya salah masuk jurusan saat menemukan teman-teman yang asyik menghitung angka-angka sementara saya lebih suka menulis artikel majalah, bekerja sampingan sebagai SPG atau menjadi MC dadakan untuk acara kampus. Saat saya kuliah, saya akhirnya menemukan passion saya: semua hal yang terkait dengan pekerjaan kreatif dan komunikatif. Tapi karena orang tua saya sudah membiayai saya kuliah sampai sejauh ini dan akan sayang jika saya menyerah di tengah jalan, saya pun menjalani kuliah sebaik mungkin dan mengisi waktu luang dengan hal yang terkait dengan passion saya.
Efek keseringan baca blog Diana Rika Sari |
Saya bekerja sampingan sebagai SPG, dancer dan model. Not for the sake of money, but experience and networking. Karena pekerjaan inilah saya akhirnya dipercaya sebuah local production house untuk menjadi presenter dalam acara liputan Jateng Fair. Saat magang, instead of magang di Kantor Akuntan Publik, saya memilih magang di Olga! majalah remaja milik Suara Merdeka Group sebagai Fashion Journalist. Saya yang memang suka mix & match baju karena keracunan blognya Diana Rika Sari dan Lookbook.nu merasa sangat bahagia saat akhirnya bisa ikutan photoshoot secara langsung walaupun masih sebatas anak magang. Tapi pengalaman tersebut tidak akan pernah saya lupakan. Di luar kampus juga saya aktif bersama beberapa teman membuat majalah indie tentang perkembangan musik di Semarang, sehingga akhirnya kami gigs-hoping ke berbagai gigs di Semarang & Jogja, serta berencana membuat Event Organizer yang batal dilakukan karena creator majalah ini keburu balik ke Bali. Dunia kampus saya terasa sangat berwarna, karena selain menjalankan tugas saya sebagai mahasiswa akuntansi, saya juga aktif mengembangkan passion saya. Walaupun menyita energi, namun saya yakin, suatu saat hal ini pasti berguna.
Shooting Liputan Jateng Fair 2010 |
Salah jurusan juga memotivasi saya untuk segera menyelesaikan kuliah, nah hal positif seperti ini yang seharusnya dilakukan oleh para mahasiswa yang salah jurusan. Instead of males-malesan dan akhirnya lulus lama banget, ada baiknya para mahasiswa ini harus termotivasi untuk cepat lulus supaya keluar dari segala macam "siksaan salah jurusan" ini.
Jadi bagi Anda yang saat ini merasa salah jurusan, bring it on! Tantangannya adalah bagaimana bisa membuat dunia kampus Anda menyenangkan, dan waktu luang Anda berguna untuk menyerap banyak ilmu dari sekitar yang dapat meningkatkan keahlian di bidang yang Anda sukai. So, be creative! Get out, see the world, get a life and make a lot of connection!
How To Find A Suitable Job?
Setelah lulus kuliah, sesungguhnya saya nggak tahu mau jadi apa. Saya coba semua kemungkinan, tapi yang dekat dengan minat saya dulu; saya apply untuk jadi Reporter TV One dan gagal, kalau ini bukannya saya kurang cakep ya tapi karena saya apply untuk posisi reporter berita tapi saya apalnya bukan the latest news but the latest gossip. So, minat saja tidak cukup, Anda juga perlu meningkatkan pengetahuan Anda terutama yang dekat dengan pekerjaan yang Anda inginkan. Saya juga pernah apply menjadi Creative Trans TV, but then again, saya gagal di interview karena saya tidak tahu bagaimana pekerjaan Creative itu. Jadi bagi Anda yang sedang mencari pekerjaan, ada baiknya Anda cari tahu sedikit saja tentang pekerjaan tersebut. Saya juga pernah apply ke majalah Cosmopolitan sebagai Fashion Journalist, tapi gagal juga karena persiapan yang kurang matang; tidak membawa portofolio dan saat saya datang untuk interview, penampilan saya kayak mbak-mbak yang mau kerja di bank. Pengalaman ini membuat saya percaya dengan Dress to Impress, yang akan saya bahas lebih lanjut di postingan berikutnya.
Pekerjaan Pertama Sebagai Brand Executive Soyjoy |
Setelah 3 bulan mencari pekerjaan, akhirnya saya mendapatkan pekerjaan pertama di Soyjoy sebagai Brand Executive yang memiliki job description menjadi pelaksana Brand Activation. Saya belajar banyak hal disana; managing event, dealing with Key Opinion Leader atau Influencer, dan pertama kalinya berkenalan dengan Digital Marketing. Dari pekerjaan saya yang pertama ini, saya tahu apa yang saya inginkan dalam karir: menjadi Marketing Manager dalam 5 tahun ke depan. Well, saya tipe orang yang harus punya life goal sebagai pedoman hidup, jadi penting sekali untuk punya hal yang ingin dicapai, sehingga kita tahu apa yang harus kita lakukan untuk mencapai hal tersebut.
Seiring dengan perubahan kondisi dan peningkatan karir saya, saya sadar bahwa otak kanan saya selama ini tidak dirangsang secara optimal. Andai dulu saya sudah tahu ingin jadi apa saat saya besar nanti, mungkin saya akan lebih banyak belajar tentang fotografi, mix & match baju, atau manajemen brand. Tapi bagi saya, tidak ada kata terlambat. Kini saat makin banyak referensi dan opportunity yang saya miliki, saya harus lebih cepat menyerap semuanya sehingga saya tidak akan kehilangan kesempatan untuk mengembangkan diri. Selain itu, saya juga ingin berkontribusi kepada generasi muda dengan membagikan ilmu serta pengalaman yang saya miliki supaya mereka paham dengan diri mereka sendiri dan pada akhirnya dapat berkontribusi kepada komunitas terdekatnya. Terima kasih kepada Kelas Inspirasi, semoga nanti anak-anak Indonesia di pelosok tidak hanya tahu profesi Dokter, Polisi dan Guru tapi juga profesi kreatif. Namun bagi saya, Kelas Inspirasi ini juga penting untuk siswa SMA, karena di level pendidikan inilah dimana para remaja menjadi galau mau jadi apa kelak, sehingga mereka harus lebih diarahkan.
Ingat, saat Anda salah jurusan, jangan khawatir, masih banyak jalan menuju Roma! Find what your true passion is, back on the track and ride even faster! Thus, you will find your key of a happier life!
Xoxo,
M