Thursday 21 March 2019

Pengalaman Menggunakan Jasa Financial Planner

Image result for financial planning
Sebagai Anak Akuntansi murtad, tentu saja saya tidak terlalu mengerti tentang dunia keuangan, apalagi mengelola keuangan. Yang saya tau saya harus kerja keras biar gaji naik terus, jadi bisa makan enak, belanja banyak, jalan-jalan, perawatan muka ke klinik kecantikan, dan kegiatan-kegiatan hedon lainnya. Namun setelah 8 tahun kerja kok saya nggak punya tabungan ya?! Dari situlah saya mulai berpikir mengenai Financial Planning untuk memiliki keuangan yang lebih sehat, apalagi sekarang ini banyak sekali Lifestyle Influencer lagi rame-rame bahas tentang Financial Planning, jadi sebelum saya menggunakan jasa Financial Planner kayaknya saya harus tau dikit tentang prinsip dasar Financial Planning. Sayangnya akhir-akhir ini saya nggak hobi baca, jadinya suka ikutin IG Story Jouska aja buat nambah pengetahuan. Tapi belum tau fee untuk financial planner berapa, jadi akhirnya mengurungkan diri untuk menggunakan jasa mereka.

Akhir 2018, saya mengadakan event talkshow dengan audience professional makeup artist (MUA). Seperti kita tau, saat ini MUA merupakan salah satu pekerjaan yang lagi naik daun. Tapi karena status pekerjaan ini adalah freelancer, jadi pendapatannya tidak tetap setiap bulannya. Apalagi di bulan-bulan tertentu suka nggak ada job, sehingga MUA dituntut agar pintar mengelola keuangan biar arus kasnya lebih sehat. Kebetulan saya tertarik dengan fenomena mengatur keuangan untuk MUA, akhirnya saya invite teman yang bekerja sebagai financial planner untuk mengisi topik ini di acara yang saya selenggarakan. Setelah acara selesai, saya diskusi sama dia terkait kondisi keuangan saya, dan dia ngajak ketemu saya di lain kesempatan untuk melakukan financial check.

Financial Check
Pada pertemuan mengenai financial check, saya "dibedah" oleh Financial Planner mengenai pendapatan, harta, utang, dan berbagai biaya hidup saya selama 1 bulan. Supaya hasil analisis dan rekomendasinya sesuai kebutuhan saya, saya harus jujur dong. Berat sih rasanya buka-bukaan tentang keuangan ke orang lain. Tapi kalau saya merasa nggak enak terus, kapan saya maju? Tapi saya bilang ke Financial Planner saya untuk tidak being judgemental, karena saya nggak suka dihakimi dan disalah-salahin. Hehe.
Saya memberikan poin-poin pendapatan dan pengeluaran yang dia minta, selanjutnya dia mengolah angka tersebut dalam sebuah tabel dan memberikan opininya: apakah keuangan saya sehat atau memprihatinkan. Alhamdullilah ya, karena saya nggak punya utang (selain utang CC yg limitnya cuma 5jt itu), keuangan saya relatif sehat. Pendapatan masih seimbang dengan pengeluaran. Namun saya tidak memiliki investasi maupun aset, ini yang perlu diperbaiki mengingat usia saya sekarang 30 tahun, setidaknya saya harus sudah memiliki dana darurat. Saya sering sih mendengar tentang teori tentang dana darurat ini, namun niat mengamalkannya terasa berat.  Jadilah hasil 8 tahun bekerja, tidak terasa sama sekali. Mengalir begitu saja. Setelah melihat pola hidup saya, Financial Planner menyimpulkan bahwa uang saya banyak digunakan untuk "menabung" di restoran untuk membeli makanan enak menurut standar saya (yes, pengeluaran saya terbesar memang di pos ini! sebagai anak kos, saya selalu makan di luar dan selalu di mall atau restoran yang sekali makan minimal sekitar 100rb). Sedih sih, tapi saya agak tidak menyesal karena toh saya menyukai pola hidup saya saat ini, tidak berlebihan, tapi memang harus diperbaiki.

Financial Goal
Setelah memeriksa keuangan saya, Financial Planner bertanya kepada saya, apa Tujuan Keuangan yang saya kejar saat ini, 3 tahun mendatang, 5 tahun mendatang, bahkan kalau perlu saya harus menyebutkan goal dalam 10 atau 20 tahun mendatang. Kalau dalam karir, saya dengan mantap akan menyebutkan apa saja yang saya ingin capai, tapi dalam financial, karena saya juga masih single, saya agak bingung apa yang saya mau. Secara instan yang saya pikirkan adalah Balenciaga dan Chanel, lalu Financial Planner langsung meluruskan niat saya yang buruk ini :D
Pelan-pelan dia membantu saya membuat list Financial Goals seperti:
1. Liburan ke Italy
2. Liburan ke New York
3. Memiliki apartemen di daerah Kuningan atau Thamrin
4. Memiliki tabungan pendidikan untuk adek yang paling kecil (ini sunnah sih hukumnya karena poin ini adalah poin titipan dari orang tua saya, dan kebetulan orang tua saya masih bekerja jadi saya nggak terlalu ambisius dalam membuat plan ini)
Setelah menyusun goals ini, dia mulai membuatkan "SOP keuangan" yang harus saya terapkan secara disiplin setiap bulannya. Kurang lebih begini skemanya. 

Image result for financial planning
Prinsip Dasar Perencanaan Keuangan

Sementara untuk persentasenya, kurang lebih seperti ini:
Prinsip Dasar Perencanaan Keuangan

Financial Advise
Kebetulan sebelum ketemu Financial Planner, saya sudah sempat membuka beberapa reksadana dan tabungan berjangkan di BCA, sehingga Pos Investasi saya sudah hampir mencapai angka 20% karena saya belum memiliki asuransi, Financial Planner saya memberikan saran untuk memiliki asuransi yang memiliki nilai investasi (unitlink). Memang opini masing-masing orang tentang unitlink ini berbeda-beda, tapi karena saya memang memiliki kebutuhan terhadap produk ini, akhirnya saya memutuskan untuk membuat asuransi tersebut. Sehingga akhirnya Pos Dana Darurat, Investasi dan Asuransi bisa mencapai 20%.
Saat ini karena saya tidak memiliki Cicilan Produktif jadi dana tersebut saya alihkan untuk orang tua saya. Tapi sifatnya sukarela karena orang tua saya saat ini masih bekerja sehingga saat saya ada keperluan lain, misalnya untuk memiliki tabungan DP apartemen, saya bisa mengalihkan dana ini ke tempat tersebut atau dialihkan untuk investasi dalam mencapai Financial Goals yang saya sebutkan di atas.
Sisanya bisa dipakai untuk Dana Kebaikan, dalam agama saya 2,5% sudah cukup. Dana ini juga bisa jadi cadangan beli kado atau memberikan angpao kalau ada yang kawinan, ulang tahun, melahirkan anak, dan keperluan sumbangan lainnya. Sementara yang lain bisa digunakan sebagai Dana Operasional; bayar kos, transportasi setiap hari, makan, jajan, mimican, ngedate, groceries, dll.
Sebenarnya ada banyak sekali saran-saran penggunaan pendapatan saya dan bagaimana cara mempercepat mencapai Financial Goals dari Financial Planner, tapi sifatnya sangat custom made sehingga sebaiknya kalau kita tidak tau mau mulai darimana, kita bisa menggunakan jasa Financial Planner agar kehidupan kita lebih terarah dan hasil kerja keras kita ada bentuknya, tidak hanya sebatas makan enak setiap hari di restoran.

Fee Financial Planner
Financial Planner saya bernama Inggrid Devina dari @goodmoneyhabit. Setelah beberapa tahun bekerja sebagai Financial Analyst di beberapa institusi keuangan, Inggrid akhirnya berani memulai usahanya sebagai Independent Financial Planner dan mendirikan Good Money Habit. Dia telah memberikan banyak Financial Advise untuk pengelolaan keuangan perorangan maupun perusahaan. Awalnya saya pikir feenya akan mahal, tapi setelah ngobrol dengan Inggrid saya jadi lega. Karena dia menyediakan produk asuransi, jadi salah satu pendapatannya berasal dari penjualan asuransi. Sehingga saat saya membeli produk asuransinya, maka saya diberikan Financial Planning secara free serta pendampingan jika saya butuh masukan terkait keuangan. So happy!

Life After Financial Planner
Kuncinya disiplin, karena di bulan kedua, saya sedikit tidak patuh terhadap skema yang dibuatin Financial Planner sehingga agak nyesek di Cashflow. Sementara Financial Planner tidak akan dapat berbuat lebih kalau kitanya sendiri tidak bisa disiplin. Nah, bagaimana cara saya mendisiplinkan diri untuk menabung? Saya akan bahas di post selanjutnya yaaa. Demikian pengalaman saya menggunakan jasa Financial Planner. Pertanyaan lebih lanjut sebenarnya bisa langsung ditanyain ke Inggrid, karena dia yang lebih paham untuk memberikan saran mengenai keuangan dibanding saya :D

Sunday 6 January 2019

Review The Ordinary - Niacinamide & Alpha Arbutin

The Ordinary Niacinamide & Alpha Arbutin
Karena skincare dari US ini sangat populer di kalangan wanita yang memiliki masalah jerawat, saya jadi ingin mencobanya. Karena setelah masalah peradangan jerawat selesai, masalah selanjutnya adalah gimana cara menghilangkan bekas jerawat yang ternyata jauh lebih sulit daripada mengeringkan jerawat yang meradang. Apalagi kalau bekas jerawat kita berbentuk bopeng, cukup bikin saya frustasi.

The Ordinary ini dibilang sebagai skincare yang simple karena kandungan zat yang terdapat pada tiap skincarenya hanya 1-2 zat saja, tidak seperti skincare lainnya yang ribet dan banyak kombinasi kandungan. Nama produknya sama dengan nama zat yang dikandung, misalnya The Ordinary Niacinamide 10% + Zinc 1% maka kandungannya skincare tersebut sama dengan nama produknya Niacinamide 10% dan Zinc 1%. Karena tergoda dengan hasil review para penggunanya, saya tertarik nitip, saat teman saya ke London. Secara sederhana saya bilang ke dia, "Nitip product The Ordinasry yang buat jerawat dong." Dan dia nyuruh saya baca lebih lanjut di web maupun FDN dulu supaya lebih jelas series mana yang harus dia beli (kzl ya).

Walaupun udah sering liat teman review The Ordinary ini di Instagram Story, tapi saya sesungguhnya tidak tahu mana produk terbaik untuk jerawat. Akhirnya saya baca dulu review di Female Daily, dari situ saya dapat kesimpulan bahwa kalau untuk kulit berjerawat, saya harus mencoba The Ordinary Niacinamide 10% + Zinc 1% serta Alpha Arbutin 2% + HA.



First Impression
Sesuai kandungan zatnya yang simple, saya merasa packaging The Ordinary ini juga sangat simple tapi saya suka. Kalau di web, penjelasan tentang produk panjaaaang sekali. tapi pada kemasan, penjelasannya juga simple. Niacinamide untuk mengontrol minyak berlebih dan mengecilkan pori-pori, dan Alpha Arbutin untuk menghilangkan noda pada wajah.

Cara Pemakaian
Saya pakai The Ordinary ini setelah double cleansing pada pagi dan malam hari. Pagi hari biasanya saya gunakan Niacinamide dulu, lalu Alpha Arbutin, setelah itu baru pakai sun screen Biore UV Aqua Rich Watery Essence. Sementara pada malam hari saya gunakan Niacinamide, Alpha Arbutin, dan terakhir Ultima II Procollagen Extrema (PE) Complex for Face & Neck.

Before - masih banyak jerawat yang meradang
After - Peradangan sudah selesai, bekas jerawat tersamarkan, pori-pori mulai mengecil

Result
Setelah sebulan pemakaian memang berasa banget sih, jerawat lebih cepat kering, dan bekasnya berangsur-angsur memudar. Selain noda jerawat, sesungguhnya permasalahan utama saya adalah pori-pori yang besar, dan ternyata kombinasi Niacinamide dan Alpha Arbutin ini membantu mengecilkan pori-pori. Tapi mungkin ini juga karena saya menggombinasikan pemakaian The Ordinary dengan collagen skincare dari Ultima II yang bernama Procollagen Extrema Complex for Face & Neck. Tapi pemakaian Ultima II saya ini tidak serutin The Ordinary, sehingga saya yakin kalau kombinasi 2 produk ini bagus untuk menyamarkan noda jerawat dan mengecilkan pori-pori. Bagaimana dengan tekstur kulit bopeng, sayangnya karena saat menulis review ini saya baru pakai selama 2 bulan, sehingga bopengnya tetap terlihat bekasnya, tapi tekstur kulitnya sudah mulai rata. Kalau menurut saya, perbaikan tekstur kulit ini lebih karena pemakaian Ultima II PE Complex Face & Neck sih, karena premise dari collagen skincare adalah membantu memperbaiki tekstur kulit yang rusak.

Masalah Selanjutnya
Karena judulnya mencoba, jadi pas nitip The Ordinary ke teman saya saat dia piknik ke London itu, saya hanya membeli 1 pc untuk masing-masing produk. Saat produknya habis, saya bingung cari kemana. Saya sempat cari ke Amazon, harga produknya sih cuma seratusan ribu, tapi ongkirnya ampai 250an ribu dong. Akhirnya saya coba cari di google dan nemu 2 ecommerce yang menurut saya terpercaya. Ecommerce pertama memang ecommerce yang concern di Beauty Product -  Benscrub tapi harganya 200an ribu, menurut saya kemahalan (ternyata sekarang benscrub sudah tidak lagi menjual The Ordinary), dan ecommerce kedua adalah tokopedia, tepatnya di toko yang bernama etudebrandedshop dengan harga Niacinamide 119rb dan Alpha Arbutin 175rb. Belilah saya disitu dan berharap semoga barangnya tidak palsu. Saat barangnya datang, saya senang karena penjual benar-benar memperhatikan detail barang seperti membungkus botol dengan bubble wrap sebelum dimasukkan ke dalam box produk, lalu membungkus kembali box produk dengan buble wrap sebelum dibungkus dengan packaging pengiriman sehingga tidak perlu kawatir botol akan pecah. Selanjutnya saya mengecek nomor pada botol dan box produk untuk mengecek keasliannya. Senang sekali nomor di botol maupun box sama, sehingga saya yakin kalau produk dari Tokopedia ini asli, dan nanti kalau produk habis, saya bisa kembali memesan disana lagi.

Tapi masalah selanjutnya muncul, owner The Ordinary sempat confess bahwa mereka sedang dalam masalah keuangan sehingga sepertinya mereka akan segera shut down dalam 3 bulan. Semoga saja tidak benar yaa, atau setidaknya kalau mereka memang mau tutup, ada perusahaan besar yang akan take over mereka sehingga kita masih bisa menggunakan produk-produk The Ordinary ini.

Kesimpulan
Overall aku suka hasilnya, jadi akan kembali menggunakan The Ordinary Niacinamide dan Alpha Arbutin, sambil mencoba produk The Ordinary lainnya. Dan tetap akan eksplor brand lain, just in case The Ordinary beneran keluar dari pasar. Highly recommended bagi kamu yang mau get over with the acne and acne scar.

Thursday 28 June 2018

Ide Freelance Job

Sebagai orang yang bekerja selama 7 tahun di dunia Marketing, saya melihat beberapa opportunity freelance job yang cocok buat kamu yang suka membuat konten, kreatif, dan mau belajar. Pengalaman ini saya dapat saat saya menjadi klien maupun saat saya mengerjakan pekerjaan reguler.

Saya ingin memberikan ide kepada teman-teman yang barangkali tertarik menjadikan pekerjaan ini side job. Kenapa bukan saya sendiri yang melakukannya? Karena saya lebih tertarik untuk mengisi waktu luang saya dengan gibah dan menambah berat badan, ehehe. Becanda deng, because my job pays my bill very well, and I do enjoy my spare time to have a quality time with my loved ones, so yeah I prefer do my regular job and enjoy weekend to the fullest. Sekaligus saya lebih suka kalau opportunity ini diisi oleh orang-orang yang benar-benar haus akan pekerjaan dan tambahan uang jajan. Here the list goes!

1. Pembuatan Foto Katalog

Saat saya bekerja di suatu fashion brand, pekerjaan saya setiap season adalah membuat Campaign Image, Product Catalogue, beserta turunannya. I love my job a lot! Membuat photoshoot itu seru; styling wardrobe, milih model, milih lokasi photoshoot, milih fotografer, bikin storyboard, siapin aksesoris, direct photoshoot, supervisi layout, cetak katalog, upload katalog ke web/socmed, bikin video BTS, OMG it's soooo fun! Mulai dari assisten stylist sampai jadi director, dan terakhir produser, rasanya seru sekali. Banyak ilmu yang saya dapat saat menjalankan photoshoot. Saya gak punya background apapun dalam pekerjaan ini, hanya modal mau belajar. Banyak drama juga yang saya temui selama bekerja, mulai dari ribut sama external graphic designer, drama sama model agency, drama sama cuaca, drama sama tim sendiri, banyaaaak! Tapi tentu saja hal itu yang membentuk saya hari ini.

Well, monmaap ya kalau saya malah jadi flashback to the good old days. Karena intinya saat saya mengerjakan project ini saya jadi melihat peluang untuk mebuatkan Campaign Image brand lain. Apalagi saat ini usaha konten adalah usaha yang sedang naik daun. Buatlah portofolio yang menarik dari pekerjaan fotografi fashion yang pernah kamu buat sebelumnya, lalu kirimlah foto-foto tersebut kepada brand owner terutama mereka yang bisnisnya masih skala UKM atau mereka yang punya website namun masih sederhana sekali. Kalau kamu fotografer, hal ini tentu akan semakin mudah, karena kamu bisa menjual jasa fotografi kamu saja, atau bisa sepaket dengan model, MUA, stylist, dan lokasi. Food photography juga semakin menjanjikan, minggu lalu saya ke Bakerzin, I'm impressed with their new menu book. Sangat kekinian sekali, dengan kombinasi menu lama dan baru sehingga restaurant ini semakin relevan. Tantangannya adalah, bagaimana menemukan klien. Ini adalah masalah yang sebenernya bisa kamu temukan jawabannya jika kamu aktif networking dan jualan.

Selain membuat Campaign Image, sesungguhnya yang sedang hype saat ini adalah Jasa Pembuatan Foto Katalog. Dengan berkembangnya internet, ecommerce, marketplace, dan local brand. kebutuhan akan katalog dengan estetika tinggi namun budget friendly semakin meningkat. Case yang terjadi pada saya adalah; saat temen sekantor temen yang memiliki brand fashion dengan SKU yang tidak seberapa dan ingin membuat katalog yang proper, maka dia ingin mencari vendor yang bisa membuatkan foto tersebut dengan budget yang make sense. Dan saat itu dia minta dibuatin oleh in-house production saya. Di luar sana per SKU (dengan 3-5 angle foto untuk website) dihargai Rp 100-125rb. Vendor siapin segala macem printilan foto katalog, sementara brand owner tinggal kirim barang, pilih model (bule/lokal), dan terima foto katalog siap upload website setelahnya (of course edit2 raw image juga ke vendor ini ya gengs). Pokoknya era ini adalah era dimana fotografer (atau orang yang suka arrange photoshoot) yang bekerja keras dengan networking yang luas akan dapat menguasai bisnis.

Ternyata saat saya bekerja di kantor sekarang, saya beberapa kali mendapat email tawaran dari fotografer (ataupun kelompok usaha) mulai dari yang amatir sampai yang profesional menawarkan jasa Campaign Image dan Foto Katalog. Mulai dari harga 100rb/SKU tadi, sampai yang harga fotografernya aja ngalahin gaji saya sebulan. Apakah saya pakai one of the? Most likely yes :)
Jadi buat kamu yang suka foto dan dunia photoshoot, coba deh bikin project-project seperti ini, kumpulin potofolio (dan temen) lalu mulai jualan. Demand-nya menurut saya masih akan meningkat mengingat banyak sekali business owner baru setiap hari sebagai konsekuensi dari berkembangnya teknologi ecommerce.

2. Videografer

Video saat ini sedang menjadi media yang paling digemari anak muda. Mulai dari video 15 detik hingga berjam-jam. Sayangnya tidak semua orang memiliki skill video recording dan video editing. Kembali lagi, karena background industry saya adalah fashion, di setiap kali bikin photoshoot, setidaknya saya butuh videografer buat bikin BTS atau Behind The Scene video. Biasanya sih pakai inhouse, nah karena sekarang gak punya in-house production, apa-apa bayar deh, termasuk bikin video dan budgetnya lumayan yhaaa.

Sekarang dengan semakin tingginya kebutuhan akan estetika dan kreatifitas konsep video, mulai banyak yang ingin membuat video yang lebih appealing. Apalagi kalau kamu bisa operate drone atau video underwater, beuh, harganya akan semakin mahal. Vendor-vendor opentrip aja sekarang sudah jago bikin video pakai drone untuk promosiin tempat wisata, kebayang kan keindahan pulau Cinta, Rinjani atau Sumba dilihat pakai helicopter view, pasti makin banyak yang ingin kesana. Nah disinilah seorang videografer bisa mencari peluang.

Awalnya bisa bikin project lucu-lucuan aja sama temen, misal dia suka traveling, kamu bisa menawarkan buatin dia video. Atau yang paling mudah, cewek-cewek yang lagi pengen jadi beauty vlogger. Rata-rata anak seumuran saya udah males belajar videografi walaupun simple, coba deh tawarin ke mereka mau gak dibuatin video. Banyak area video yang bisa dieksplor, prinsipnya perbanyak ilmu, referensi, dan pertemanan.

3. Content Writer

Saya dulu pernah menjadi Editor in Chief sebuah iternal e-magazine, untuk membuat artikel e-magz tersebut, tim saya membuka lowongan untuk kontributor dengan bayaran 100rb per artikel. Di tempat yang sekarang, saya juga meng-outsourcing-kan pekerjaan pembuatan artikel di website namun yang menghandlenya adalah sebuah perusahaan profesional yang memiliki copywriter.

Menulis sebenarnya adalah hal yang paling saya suka, saya pernah menjadi content writer untuk salah satu media, namun kesibukan saya membuat saya tidak konsisten dan akhirnya saya tinggalin. Beberapa teman juga pernah minta bantuan saya untuk menjadi content writer mereka, seringnya sih kalau artikelnya saya suka, saya tidak akan mengenakan charge. Sementara kalau tidak saya suka, saya tolak deh. Hehe. Sekarang kalau ada ide nulis, cukup bikin di blog, facebook, bahkan insta story. Ehehehe. Pekerjaan sampingan sebagai writer ini ternyata bisa menambah uang jajan, apalagi kalau kamu membuat kelompok kerja yang tidak hanya menyediakan tulisan tapi juga gambar dan video. Nah balik lagi kan, gambar dan video pasti akan menambah harga content kamu.

Anyway lowongan sebagai freelance writer banyak sih, coba kamu cari deh. Bisa untuk perseorangan, atau kalau mau lebih profesional kamu bisa menjadi bikin usaha sampingan sebagai content creator (bukan content creator di instagram gitu ya) yang menyediakan berbagai service mulai dari membuat artikel, artikel yang dilengkapi foto, dan artikel yang dilengkapi video. Beberapa saat lalu, saya diapproach orang di linkedin yang menawarkan jasa serupa, ada juga yang dari agency, ada juga perusahaan yang bergerak di bidang media yang menawarkan jasa content creator. Kalau perusahaan besar saja membuat lini bisnis seperti ini, artinya demandnya ada kan? Or simply be a travel contributor, masih banyak yang mau menampung artikel travel apalagi di daerah yang belum banyak terjamah.

4. Social Media Officer

Ternyata banyak juga brand yang belum punya digital marketing staff atau social media admin, namun malas pakai agency sehingga mereka mencari freelance social media officer. Tugasnya variatif, ada yang cuma disuruh upload, ada yang harus siapin contentnya juga. Fee-nya pun tergantung dari tingkat keribetan pekerjaan. Kalau misalnya kamu suka main socmed, tidak ada salahnya loh menawarkan diri ke grup-grup FB atau internet forum untuk jasa ini.

Beberapa bulan lalu, saya dapat email juga dari salah satu start up yang salah lini usahanya adalah menyediakan social media admin. Pernah juga seorang teman menawari saya pekerjaan semacam ini, asli kadang saya nyesel kenapa saya suka menolak rejeki, tawaran tersebut saya tolak. Saya rasa opportunity ini cukup banyak di luar sana. Salah satu skill untuk meningkatkan fee kamu adalah kemampuan copy writing, dan photoshop, serta taste yang harus bagus agar social media feed klien kamu lebih menarik.

5. Digital Ads Consultant

Facebook Ads, Instagram Ads, Google Ads, dan digital-digital banner lainnya adalah mesin converter penjualan bagi pelaku social-commerce maupun e-commerce. Namun bagi mereka yang usahanya masih kecil, seringnya mereka tidak punya in-house staff ataupun agency yang mengerjakan. Saat saya pegang small e-commerce, saya pernah hire digital ads consultant yang tugasnya membuat strategi digital ads dan menjalankannya. Dia adalah anak agency yang memang sehari-harinya menjalankan ads sehingga pekerjaan ini sangat mudah baginya. Sementara bagi saya, fungsi dia sangat membantu pekerjaan saya. Fee diapun lebih terjangkau jika dibanding dengan agency, dan daripada ngajarin staff baru mending saya bayar orang berpengalaman seperti dia dengan harga yang menurut saya lebih fair. Feenya biasanya sekitar 5-15% dari jumlah Digital Ads perusahaan kita. Mayan kaan?

6. KOL Agency

Selama hype KOL berlangsung, saya adalah orang yang cukup sering bekerjasama langsung dengan para KOL ini, simply karena budget marketing saya terbatas. Namun saya tidak pernah sadar, ternyata di luar sana orang-orang lebih suka hal yang simple: cari orang yang bisa bantuin manage  paid promote atau endorse ke KOL untuk menggunakan produk yang mereka jual. Biasanya nih yang pakai jasa KOL agency adalah mereka yang memiliki toko online palugada (apa yang lu mau gue ada) mulai dari obat pemutih, catokan, baju, hingga voucher game. KOl yang dipakai pun variatif, mulai dari KOL mikro, makro, mega hingga selebritis.

Feenya KOL agency lumayan loh, berkisar 5-20% dari harga kontrak. Pertanyaan selanjutnya untuk memulai pekerjaan sampingan ini adalah: Ngurusin KOL ribet gak sih? Tergantung, tapi sejak 2014 pegang KOL saya lebih sering ketemu yang kooperatif daripada yang ngeselin. Apalagi sekarang para KOL ini lebih mudah diapproach, sehingga lebih memudahkan kamu yang ingin menjadi KOL agency. Tugasnya apa? Mulai dari menghubungi KOL, dealing, menyediakan content (atau bisa juga content dari klien) hingga bertanggung jawab agar KOL posting sesuai tanggal yang disepakati. Very fun!

Demikian beberapa side job yang bisa kamu coba buat nambah uang jajan. Jangan seperti saya yang lebih suka main daripada nambah uang jajan yhaaa, hehehe. Sebenarnya beberapa kali saya diapproach teman untuk menjadi Marketing Consultantnya, namun saya tolak karena pekerjaan saya membutuhkan banyak energi dan waktu saya sehingga kalau liburnya seringnya memilih istirahat biar gak stress. Tapi kalau misalnya teman saya ingin diskusi untuk bikin Marketing Plan, saya akan dengan senang hati membantu.

Well, saya lebih suka pekerjaan volunteering seperti itu. Jadi kalau kalian lagi merintis usaha dan butuh brain storming, kabarin aja ya. Mungkin kita bisa diskusi santai sambil jajan. Atau kalau kalian punya project di bidang Art, seperti membuat art exhibition, saya akan dengan senang hati mau jadi volunteer. Atau boleh juga di bidang pendidikan.

Anyway, masih ada beberapa side job lain seperti MUA & Hair Dresser yang bisa jadi sampingan tapi lagi belum dapet angle untuk nyeritainnya. Semoga artikel ini bermanfaat ya Gengs, dan kalian bisa lebih explore bakat kalian supaya bisa bekerja dengan passion dan hati yang bahagia, walaupun itu hanya pekerjaan sampingan.

xoxo,
M

Saturday 9 December 2017

#CareerCoach: Lulus Kuliah, Gimana Caranya Cari Kerja?


Mungkin bagi orang dengan tipe visioner seperti saya, mencari pekerjaan adalah hal yang sudah dipikirkan bahkan sebelum sidang skripsi. Tapi bagi sebagian mahasiswa, mereka baru memikirkan "mau ngelamar dimana ya?" setelah selesai ceremonial wisuda.

Sebagai orang yang sudah pernah melewati masa tersebut, dan sudah berganti posisi dari orang yang diinterview jadi orang yang menginterview, berikut beberapa tips dari saya bagi kalian yang baru lulus dan sedang mencari pekerjaan:

1. Cari Tahu Pekerjaan Apa yang Kalian Inginkan

Misal kamu anak accounting (seperti saya) coba cari tahu pekerjaan yang kamu idam-idamkan. Apakah menjadi akuntan di KAP-KAP besar seperti EY? Jadi auditor di perusahaan multinasional? Jadi staf keuangan di BUMN? Jadi pegawai bank? Apapun itu, kamu harus tahu apa yang kamu inginkan. Jangan asal ikut arus teman-teman.

2. Cari Tahu Perusahaan yang Kalian Inginkan

Biasanya kalau baru lulus kuliah, masing-masing orang pasti memiliki dream company list. Saat baru lulus kuliah, saya punya 3 kategori industri yang ingin saya masuki; Media, FMCG dan Cosmetics. Dari masing-masing kategori, saya sudah tahu perusahaan apa yang saya targetkan. Misalnya di media, saya ingin melamar ke MRA dan Trans TV. Untuk FMCG saya ingin melamar ke Unilever, Nestle, dan Coca Cola Amatil. Sementara untuk cosmetics, saya ingin melamar ke Loreal. Nah, kamu pun harus tahu, perusahaan apa sih yang kamu inginkan. Apakah kamu ingin berkerja di start up seperti Gojek, Traveloka, atau Tokopedia, atau kamu ingin bekerja di perusahaan yang lebih settle seperti Microsoft dan McKinsey? Pastikan kamu memiliki list yang sesuai dengan minat kamu.

3. Cari Lowongan di Berbagai Channel

Mulai dari situs-situs lowongan kerja seperti jobstreet dan qerja, melalui sosial media seperti linkedin, twitter maupun instagram (yes, banyak brand yang menggunakan instagram sebagai salah satu media komunikasi lowongan kerja), dari jobfair - mulai jobfair di kampus hingga jobfair di gedung pertemuan (tapi pastikan penyelenggara jobfair terpercaya, karena ini menentukan perusahaan yang menjadi partisipan) maupun dari referensi teman. Beberapa perusahaan juga aktif memposting lowongan kerja di career page mereka, so keep yourself updated with them.

4. Pahami Bahwa Ada Jenis Pekerjaan Baru

Di era digital ini, banyak sekali pekerjaan yang sebelumnya tidak pernah ada, jadi ada. Misal, traffic analyst di suatu ecommerce. Apakah materi pekerjaan tersebut kamu dapatkan dari kampus? Saya rasa tidak, sehingga kalau kamu ingin bekerja di dunia digital atau start up, pastikan kamu juga memperluas pengetahuan kamu dengan isu-isu terkini di bisnis tersebut, dan pastikan kamu benar-benar memahami apa inti dari pekerjaan ini. Persiapan tersebut akan sangat diperlukan saat kamu sampai tahap interview.

5. CV yang Menarik (dan Portofolio, jika ada)

Kalau kamu sudah tahu apa yang kamu mau, maka kamu harus mulai membuat CV yang menarik. Sebagai orang yang sering menginterview maupun diinterview, saya menyukai CV dalam 2 lembar. 1 okay, 3 gak masalah juga. Tapi kalau lebih dari 3 lembar, sudah males banget bacanya. Kalau bingung cara membuat CV, coba googling CV kreatif, atau coba lihat linkedin page orang yang lebih senior, sehingga kamu tau apa sih yang perlu dicantumkan disitu. Kalau kamu belum memiliki pengalaman kerja, setidaknya kamu cantumkan pengalaman organisasi. Tapi secara pribadi saya lebih senang dengan anak yang telah memiliki pengalaman kerja meskipun hanya sebagai intern, setidaknya dia sudah familiar dengan dunia kantor. Nah, kalau kamu masih kuliah, ada baiknya dari sekarang cari side job, volunteer job ataupun intership, karena hal tersebut akan menjadi nilai plus bagi kalian. Untuk beberapa posisi seperti grafik desainer dan jurnalis, pastikan kamu juga mencantumkan portofolio kamu sehingga HRD & User akan lebih tertarik dengan lamaranmu. Ada beberapa perusahaan yang crosscheck ke instagram kamu, terutama untuk posisi-posisi yang terkait dengan seni misal photo stylist atau videographer. Jadi ada baiknya kalau kamu juga update hasil karya kamu disana.

6. Email yang Sopan (Optional)

Tidak semua lamaran pekerjaan hanya cukup upload CV, ada kalanya kamu harus mengirim email langsung ke HRD atau user yang memerlukan CV kamu. Ini poin yang cukup penting, jangan mengirimkan email ala kadarnya. Kirimlah email yang terstruktur, dengan bahasa yang baik dan sopan. Ada kalanya saya menerima email tanpa teks, jadi cuma attachment CV, atau ada juga yang hemat banget dalam menulis email. Misal: dear Bu Mega, terlampir CV saya ya, terima kasih. Hellowww, ini email lamaran pekerjaan bukan teks whatsapp, jadi tolong perhatikan bahwa isi email kamu bersifat formal. Coba cari di google cover letter supaya kamu ada gambaran bagaimana menulis email untuk melamar kerja.

7. Persiapan Interview

Ketika pada akhirnya kamu dihubungi oleh perusahaan untuk interview, persiapkan diri kamu sebaik mungkin. Baca dulu job description yang kamu lamar, dan pahami betul poinnya sehingga saat ditanya mengenai lingkup pekerjaan kamu bisa memiliki level of understanding yang sama dengan orang yang mewawancara. Hal yang tidak kalah penting adalah mencari tahu tentang perusahaan yang kamu lamar. Buka websitenya terlebih dulu dan cari info terkait. Hal ini akan menjadi nilai plus bagi kamu.

8. Etika Interview

Saya sering bertemu dengan orang yang terlalu pasif, terlalu mendramatisir hidupnya, atau terlalu PD. Bagi saya, segala hal yang terlalu adalah hal yang kurang baik. Sehingga saat interview ada baiknya kamu tetap tenang, tunjukkan bahwa kamu adalah orang yang optimis, cerdas, rajin, memahami pekerjaan, ramah, pekerja keras dan bisa diandalkan. Jangan terlalu berapi-api tapi jangan juga terlalu pemalu. Jika kamu sudah 4 bulan menjalani interview 50 kali dan belum ada hasil, jangan tunjukkan kalau kamu terlalu bosan atau desperate dengan interview yang saat ini sedang kamu jalani. Untuk beberapa pekerjaan, pastikan kamu bisa berbahas inggris dengan baik, kalaupun kamu tidak bisa, dibisa-bisain aja dan jangan terlihat panik. Tidak perlu memikirkan grammar, biasanya interview dalam bahasa inggris merupakan salah satu uji mental.

9. Dress To Impress

Beberapa orang tidak mempedulikan penampilannya saat interview, karena mereka merasa pengetahuaan dan kemampuannya bisa membawa mereka mendapatkan pekerjaan ini. Bayangkan jika ada 4 orang pelamar dengan kualifikasi yang sama bagusnya dengan kamu. Semua aspek prestasi sama, lantas apa yang akan membedakan? Penampilan. HRD atau user akan lebih percaya orang dengan penampilan yang baik daripada berpenampilan biasa saja, jadi dress to impress adalah hal informal yang harus diperhatikan saat interview pekerjaan, terutama jika kamu melamar di bisnis fashion dan beauty. Perhatikan juga baju yang kamu pakai, jangan kenakan baju kasual untuk melamar ke bank atau financial institution maupun sebaliknya, mengenakan baju yang terlalu formal untuk melamar ke fashion retail. Karena ini akan mengurangi nilai kamu di mata interviewer.

10. Persiapan Psikotest

Masing-masing tes di perusahaan akan berbeda, ada interview dulu baru psikotes, ada psikotes dulu baru interview. Mayoritas, psikotes akan selalu ada untuk entry level position. Tenang, walaupun ada tes IQ, tapi psikotes seringnya dipake untuk melihat behaviour kamu. Apakah kamu extrovert atau introvert, sanguine atau melankolis, conceptor or doer, hal ini digunakan untuk menilai apakah sifat kamu sesuai dengan pekerjaan yang kamu lamar. Psikotes memang menjadi momok bagi para fresh graduate, tapi dengan sering melakukan latihan soal, kamu akan terbiasa. Jadi saran saya, kalau kamu merasa psikotes ini agak menyulitkan, kamu bisa mencoba latihan soal yang bisa kamu dapat di internet atau di toko buku. Tidur cukup dan sarapan sebelum menjalani psikotes juga cukup berpengaruh sehingga kamu akan lebih fokus dalam mengerjakan soal yang biasanya diberi durasi untuk mengerjakan per bagian. Tapi jika kamu berkali-kali gagal dalam psikotes, ada baiknya kamu lihat lagi apakah pekerjaan yang kamu lamar sesuai dengan sifat kamu? Misal kamu seorang introvert, yang tidak suka bersosialisasi, melamar pekerjaan Sales - General Trade atau kamu seorang sanguine, yang tidak suka pekerjaan terkait dengan detail, melamar sebagai akuntan, bisa saja dari hasil psikotes, HRD akan menilai bahwa sifat kamu tidak sesuai dengan pekerjaan yang kamu lamar. Jika memang seperti itu, kamu bisa mencoba melamar posisi lain, misal kamu seorang sanguine, sifat easy going kamu akan lebih cocok untuk mengisi posisi sebagai marketing.

Semoga beberapa tips ini bisa membantu kamu untuk mendapatkan pekerjaan yang kamu inginkan. Kalau ada pertanyaan boleh ditulis di kolom komentar. Goodluck!

Wednesday 15 November 2017

Pergeseran Konsumsi & Tantangan Baru Bagi Kita


Source: hercampus.com
Tahun 2016, saat saya resign dr salah satu retail fashion yg cukup besar di Indonesia, saya masih tidak percaya dg the power of e-commerce. Tp saat itu, banyak sekali perusahaan yg menawarkan pekerjaan sbg digital marketing kpd saya. Seems like everything goes digital. So I took the challenge, started from a very small and niche e-commerce. Then what happen next really blows my mind.
1 hal yg membuat saya suka dg pekerjaan baru saya, e-commerce & marketing manager, adl segala sesuatu yg terukur. Kesuksesan campaign bs dilihat dr report digital ads yg saya jalankan dg detail yg membuat saya berpikir, kok bisa ya manusia membuat alogaritma seperti ini. Tingkat kunjungan dan sales convertion bisa dilihat secara nyata, berapa banya yg dtg ke toko online kita & membeli, dan brp banyak keuntungan yg didapatkan dr investasi kita. Semua dlm 1 layar. Di perusahaan tsb, saya masih memiliki offline store, dan tahun 2017 adl salah satu masa yg sulit krna pelan-pelan org meninggalkan pembelian di toko offline, aplg area toko saya dekat dg pusat kemacetan kantor, kemacetan karena pembangunan, dan kemacetan krna demo2an. Dg kondisi seperti ini, online shopping adl solusi dr berbagai masalah hidup shopaholic yg males ribet. Namun, wlpn dibilang tahun ini adl tahun yg penuh perjuangan, growth penjualan masih positif, wlpn tidak setinggi ekspetasi di awal tahun 2017. And guess what, growth of my online store is way higher than what we expected. Disini saya mulai percaya dg pergeseran perilaku konsumsi masayarakat Indonesia, khususnya Jakarta, dr offline ke online shopping. Tapi dlm lubuk hati saya yg terdalam, saya masih denial dg the power of e-commerce.
Panel Discussion with Matt Idema, COO of Whatsapp
Sepanjang pertengahan tahun, saya mengalami banyak hal menyenangkan; bertemu orang2 dr berbagai digital industry dan bertukar pikiran dg mereka, mulai dr org2 dr FB, Instagram, Whatsapp, Digital Agency, maupun local business owner yg menjalankan usaha online. I feel the positive vibe. In the other side, karena banyak HRD perusahaan lain yg menjadwalkan saya utk interview dg para petinggi perusahaannya, saya sering berdiskusi dg mereka mengenai Indonesian market. They think we're such a promising market, not only in south east asia, but also one of the most promising market in the world. Sampai disini, sesungguhnya saya amaze dg Singapore, negara kecil dg magnet besar. Investor2 Eropa & Amerika, suka sekali membuka kantor perwakilannya disini sbg based expansi mereka di Asia Tenggara. Sehingga banyak kantor2 MNC di Indonesia, memberikan reportnya kepada kantor perwakilan di Singapore. Selain kantor perwakilan, mereka jg lebih suka membuka flagship store di Singapore daripada di Indonesia. Tanpa mereka sadari potensi di Indonesia sangaaat besar.
Berbicara mengenai lemahnya ekonomi dan pergeserah pola konsumsi masyarakat dunia, bukan hanya Amerika yg merasakan dampaknya. Singapore adl salah satu negara yg merasakan hal tsb, dimana tingkat kunjungan pusat perbelanjaan mengalami penurunan. Survey kecil saya terhadap mall di Indonesia menemukan, tingkat kunjungan suatu pusat perbelanjaan tidak semua menurun. Ada yg sepi, tp ada jg yg sll ramai. Dr survey kecil yg saya lakukan setiap weekend, beberapa mall memang mengalami penurunan pengunjung, tapi mall lain justru overload, bisa kita lihat di Kota Kasablanka. Betapa Kokas sudah bertransformasi mjd "pasar" setiap weekend. Antrian di kasir beberapa toko, bikin frustasi pengunjung (baca: saya). Dan saya yakin tingkat kunjungan mall di daerah juga meningkat, mengingat emak saya, seorang ibu-ibu daerah, sekarang maunya main ke mall di kala weekend. So I think, the potential is there.
Kembali dg experience saya bertemu dg petinggi perusahaan saat saya interview, bbrp diantaranya org asing & kantornya di Singapore, saya mendapatkan informasi bahwa pasar Singapore sedang lesu sehingga mereka ingin ekspansi ke Indonesia (dalam hal ini Jakarta). Di sisi lain, saat saya bertemu dg pengusaha lokal, mayoritas mereka berpendapat bahwa pasar ecommerce sangat seksi, banyak sekali pemain yg ingin masuk kesini. Apapun produk yg dijual laku berat (dalam hal ini fashion & beauty) sehingga optimisme local brand & para business owner sangat tinggi. This is my point of interest, masa keemasan brand lokal. Pernah saya hadir ke suatu event Beauty Fair yg diikuti oleh local & international brand, and that was the time when I saw a long queueing in local brand booth while no queue at all at the international ones. I see hope. Wlpn International Beauty Brand belum menganggap local brand sbg threat, setidaknya pasar menerima dg baik local brand ini, dan surprisingly saat saya bertemu dg berbagai pihak e-commerce, mereka mengatakan bahwa fashion & beuaty item (baik lokal maupun internasional) merupakan item dg penjualan tertinggi dibanding kategori lain seperti gadget maupun elektronik. The hope is there! Pasar utk industri ini akan smkn berkembang & besar.
Terkait fashion, industri yg sangat saya cintai, saya punya opini sendiri dan sampai saat ini masih mencari pihak yg memiliki visi yg sama utk bekerjasama. Menurut saya potensi industri fashion di Indonesia masih sangat terbuka. Let alone the premium market, that's my expertise but I prefer handling the medium one. Pangsa pasar kelas menengah sangat besar, baik menengah ke bawah maupun menengah ke atas. Untuk menengah ke bawah bisa kita lihat bagaimana Sale Stock, Shopee, dan berbagai marketplace tumbuh besar di Indonesia. Peningkatan penjual di marketplace diikuti peningkatan pembeli juga. Sementara untuk pasar menengah ke atas treatmentnya berbeda. Banyak masyarakat urban di Indonesia yg haus akan barang branded sbg pernyataan kelas mereka, tp memiliki sensitifitas thdp harga brg. Disinilah peran kartu kredit, dan lembaga cicilan tanpa kratu kredit diperlukan. Tapi bagi mereka yg tinggal di daerah, karena belum banyak opsi brand yg masuk, maka edukasi brand kepada masyarakat memerlukan lbh banyak usaha. Disinilah pengusaha wajib menghadirkan offline store, sehingga belief masyarakat daerah terhadap brand lebih kuat. Dengan begitu brand activation di daerah luar Jakarta jg harus ditingkatkan untuk memperkuat engagement brand dg customer. Sementara utk Jakarta, ttp harus dimaintain dg Flagship Store & event2 besar minimal 1x dlm setahun serta meningkatkan aktivitas di dunia digital.
E-Commerce dianggap mengubah perilaku konsumen, dan digunakan sbg salah satu alasan kenapa terjadi penurunan aktivitas penjualan di berbagai ritel. Tanpa kita sadari ternyata pergeseran pola konsumsi dr masyarakat bukan berasal dr adanya e-commerce, yg pada kenyataannya walaupun memiliki tingkat pertumbuhan yg tinggi, tapi hanya berpengaruh sedikit terhadap keseluruhan pasar ritel. Jadi kemana masyarakat berbelanja? Apakah ekonomi benar-benar lesu? Pada pidato Presiden Jokowi dan artikel yg dirilis CNN Indonesia baru-baru ini, masyarakat sudah tidak lagi membeli barang saja, tapi juga experience. Sehingga saat industri ritel & FMCG lesu, industri F&B, wisata, dan perhotelan melaju kencang. Bahkan presiden Jokowi mengatakan bahwa beberapa tahun ke depan industri wisata bisa dijadikan tulang punggung negara, menggantikan sektor migas atau perkebunan. Kita pun bisa melihat, saat long weekend bagaimana situasi jalanan menuju touristry spot, bagaimana ekplorasi wisata di daerah2 yg akhirnya memunculkan destinasi wisata baru, dan bagaimana menjamurnya start up seperti traveloka, airbnb, reddoorz, maupun opentrip2 yg masih dalam skala kecil, bagaimana perkembangan LCC airlines smkn bnyk, dan geliat2 lainnya dr industri wisata.
Source: Agus Susilo
Ekonomi kreatif merupakan masa depan yg harus direncanakan dg matang oleh banyak pihak di Indonesia. Bahkan pasar game sedikit demi sedikit mulai bertransformasi menjadi bagian dr gaya hidup dg pelaku industri yg memiliki modal besar. Jika kita tidak ingin tertinggal dg tren pasar ini, maka kita juga harus merubah perilaku kerja kita. Tantangannya adl menghadirkan produk kita di berbagai stage dalam kehidupan seseorang, baik produk sebatas material yg dibutuhkan utk bertahan hidup, maupun produk sbg bagian dr gaya hidup. Begitupun pola aktivitas pemasaran dan penjualan, bagaimana cara kita mendekatkan dengan generasi yg haus akan experiential tapi tetap mengelola kehadiran kita di berbagai pelosok negeri. Jangan hanya jadikan pulau Jawa sbg pasar utama, potensi pulau lainnya pun tak kalah besar, tinggal apakah kita mau berinvestasi banyak atau tidak untuk memasuki pasar tersebut. Jgn sampai potensi2 itu diisi oleh rival kita terlebih dl. Kelebihan perusahaan yg tidak disetir oleh pricipal adl kebebasan dlm memutuskan hal-hal strategis, jd saya yakin, akan butuh waktu lbh lama bagi perusahaan2 fashion/beauty dr eropa & amerika utk memasuki pasar daerah, inilah saatnya brand lokal utk kuat di negeri sendiri.
Mungkin sampai sekarang saya belum sepenuhnya percaya dg the power of e-commerce (saya lebih percaya kolaborasi online & offline) tapi saya percaya dg the power of social media, bagaimana FB-IG-Whatsapp sangat merubah perilaku kita. Saat ini potensi tsb sudah ditangkap oleh salah satu perusahaan digital besar di dunia, dan semoga kita tidak tertinggal dlm pengembangan pasar di masa selanjutnya. Mudah2an pd generasi kita, dengan besarnya sumber daya alam & meningkatnya kualitas SDM di Indonesia, inovasi2 baru akan semakin banyak bermunculan sehingga bisa memperkuat negara kita tidak hanya sbg negara dg konsumen terbesar di dunia, tp juga negara dg inovator & product owner terbesar di dunia.

Thursday 21 September 2017

#CareerCoach: Salah Jurusan Kuliah, Lalu?

Salah jurusan kuliah adalah penyakit saya di masa muda. Kalau Anda memiliki pengalaman yang sama, atau saat ini merasa sedang berada di keadaan salah jurusan, saya berharap cerita saya bisa menjadi gambaran: ternyata salah jurusan tidak akan mempengaruhi masa depan kita seterusnya, asaaal kita bisa memahami apa keinginan kita di masa mendatang

Kenapa sih bisa salah jurusan?

Saya adalah orang dengan banyak cita-cita. Sejak kecil, saya suka menonton pertandingan badminton, saat itu saya bercita-cita ingin menjadi atlet seperti Susi Susanti. Namun saat TK, saya mengenal profesi pramugari, dan sejak itu saya menempatkan pramugari sebagai dream job saya. Sayangnya, saat saya duduk di bangku SMA, saya sadar bahwa saya tidak bisa menjadi pramugari karena banyak sekali syarat fisik yang tidak bisa terpenuhi. So, bye-bye dream job! Saya juga bercita-cita jadi penulis, punya salon, punya restoran, punya butik, punya hotel, jadi bupati, jadi menteri, huff banyak deh! Tapi nggak benar-benar ada yang diseriusin.

Saking banyaknya cita-cita yang saya miliki, saya jadi nggak fokus. Menurut saya, tahu apa yang kita mau sedari dini itu penting. Minat & bakat yang kita miliki pun, harus kita pahami betul. Sayangnya dalam sistem pendidikan yang saya dapat it didn't work that way. Menurut saya nih ya, sejak kecil kita selalu didoktrin untuk menggunakan otak kiri dan mengasahnya setiap saat. Sementara otak kanan lebih terabaikan. Sejak kecil saya suka menulis, saya suka gambar (walaupun tidak pernah bisa menggambar dengan baik), suka dengan kerajinan tapi tidak diasah secara optimal, dan suka olahraga. Sementara di masa-masa SMA saya tidak punya role model yang tepat, menurut analisa saya, itu juga menjadi kekurangan diri saya di masa lalu. Karena kurang referensi role model, sehingga saya tidak tahu apa yang ingin saya capai di masa mendatang. Well, saat itu saya suka dengan Fira Basuki, namun saya merasa jauuuh banget buat jadi seseorang seperti mbak Fira; penulis sekaligus editor in chief. Jadi saya mengubur dalam-dalam keinginan saya untuk menjadi seperti beliau. Tapi siapa yang tahun 10 tahun dari masa itu, akhirnya saya bisa jadi Editor in Chief untuk eMagazine kantor saya! Masa depan memang lucu, kuncinya adalah never give up on your dream!

Di sisi lain, keluarga adalah orang terdekat yang membentuk diri kita. Kebetulan Bapak saya adalah guru akuntansi, dan bagi beliau akuntan maupun auditor adalah pekerjaan yang menjanjikan sehingga beliau sangat mendukung saya untuk masuk ke jurusan akuntansi saat kuliah nanti. Saya yang belum tahu apa yang saya inginkan, mengiyakan saja. Saat saya pindah sekolah, dari SMA 1 Pati ke SMA 1 Rembang, barulah saya bertemu dengan teman-teman yang memiliki minat di bidang seni, seperti seni arsitektur dan desain komunikasi visual. Sejak bertemu mereka, entah kenapa saya merasa bahwa otak kanan saya jarang sekali digunakan selama ini, sehingga akhirnya saya kembali mencari tahu apa yang benar-benar saya suka dan muncullah jawaban: saya suka dunia komunikasi. Namun saat itu saya belum tahu pasti komunikasi seperti apa yang saya sukai; jurnalistik, broadcasting, periklanan atau public relation. Kenapa saya tidak tahu hal-hal tersebut? Kembali lagi ke cerita di atas: Kurangnya referensi! Saya memang suka membaca buku, namun buku yang saya temukan di perpustakaan maupun di rental buku lebih banyak berisi novel (fiksi & non fiksi), ilmu agama, budidaya pertanian dan majalah remaja. Saya tidak pernah tahu apa itu pekerjaan jurnalis, creative, art director, copywriter maupun PR. Mungkin jika saya sudah paham tentang pekerjaan-pekerjaan tersebut saat SMA, saya akan lebih menekuni bidang tersebut dan mulai fokus dengan minat saya.

Akuntansi Undip 2006
Saat UMPTN, saya mengisi Akuntansi & Komunikasi sebagai jurusan yang saya pilih. Mungkin doa orang tua saya lebih mujarab dibanding doa saya sendiri, sehingga diterimalah saya di jurusan akuntansi. Meeen, asliii, saya sadar bahwa saya salah masuk jurusan saat menemukan teman-teman yang asyik menghitung angka-angka sementara saya lebih suka menulis artikel majalah, bekerja sampingan sebagai SPG atau menjadi MC dadakan untuk acara kampus. Saat saya kuliah, saya akhirnya menemukan passion saya: semua hal yang terkait dengan pekerjaan kreatif dan komunikatif. Tapi karena orang tua saya sudah membiayai saya kuliah sampai sejauh ini dan akan sayang jika saya menyerah di tengah jalan, saya pun menjalani kuliah sebaik mungkin dan mengisi waktu luang dengan hal yang terkait dengan passion saya.

Efek keseringan baca blog Diana Rika Sari
Saya bekerja sampingan sebagai SPG, dancer dan model. Not for the sake of money, but experience and networking. Karena pekerjaan inilah saya akhirnya dipercaya sebuah local production house untuk menjadi presenter dalam acara liputan Jateng Fair. Saat magang, instead of magang di Kantor Akuntan Publik, saya memilih magang di Olga! majalah remaja milik Suara Merdeka Group sebagai Fashion Journalist. Saya yang memang suka mix & match baju karena keracunan blognya Diana Rika Sari dan Lookbook.nu merasa sangat bahagia saat akhirnya bisa ikutan photoshoot secara langsung walaupun masih sebatas anak magang. Tapi pengalaman tersebut tidak akan pernah saya lupakan. Di luar kampus juga saya aktif bersama beberapa teman membuat majalah indie tentang perkembangan musik di Semarang, sehingga akhirnya kami gigs-hoping ke berbagai gigs di Semarang & Jogja, serta berencana membuat Event Organizer yang batal dilakukan karena creator majalah ini keburu balik ke Bali. Dunia kampus saya terasa sangat berwarna, karena selain menjalankan tugas saya sebagai mahasiswa akuntansi, saya juga aktif mengembangkan passion saya. Walaupun menyita energi, namun saya yakin, suatu saat hal ini pasti berguna.

Shooting Liputan Jateng Fair 2010
Salah jurusan juga memotivasi saya untuk segera menyelesaikan kuliah, nah hal positif seperti ini yang seharusnya dilakukan oleh para mahasiswa yang salah jurusan. Instead of males-malesan dan akhirnya lulus lama banget, ada baiknya para mahasiswa ini harus termotivasi untuk cepat lulus supaya keluar dari segala macam "siksaan salah jurusan" ini.

Jadi bagi Anda yang saat ini merasa salah jurusan, bring it on! Tantangannya adalah bagaimana bisa membuat dunia kampus Anda menyenangkan, dan waktu luang Anda berguna untuk menyerap banyak ilmu dari sekitar yang dapat meningkatkan keahlian di bidang yang Anda sukai. So, be creative! Get out, see the world, get a life and make a lot of connection!

How To Find A Suitable Job?

Setelah lulus kuliah, sesungguhnya saya nggak tahu mau jadi apa. Saya coba semua kemungkinan, tapi yang dekat dengan minat saya dulu; saya apply untuk jadi Reporter TV One dan gagal, kalau ini bukannya saya kurang cakep ya tapi karena saya apply untuk posisi reporter berita tapi saya apalnya bukan the latest news but the latest gossip. So, minat saja tidak cukup, Anda juga perlu meningkatkan pengetahuan Anda terutama yang dekat dengan pekerjaan yang Anda inginkan. Saya juga pernah apply menjadi Creative Trans TV, but then again, saya gagal di interview karena saya tidak tahu bagaimana pekerjaan Creative itu. Jadi bagi Anda yang sedang mencari pekerjaan, ada baiknya Anda cari tahu sedikit saja tentang pekerjaan tersebut. Saya juga pernah apply ke majalah Cosmopolitan sebagai Fashion Journalist, tapi gagal juga karena persiapan yang kurang matang; tidak membawa portofolio dan saat saya datang untuk interview, penampilan saya kayak mbak-mbak yang mau kerja di bank. Pengalaman ini membuat saya percaya dengan Dress to Impress, yang akan saya bahas lebih lanjut di postingan berikutnya.

Pekerjaan Pertama Sebagai Brand Executive Soyjoy
Setelah 3 bulan mencari pekerjaan, akhirnya saya mendapatkan pekerjaan pertama di Soyjoy sebagai Brand Executive yang memiliki job description menjadi pelaksana Brand Activation. Saya belajar banyak hal disana; managing event, dealing with Key Opinion Leader atau Influencer, dan pertama kalinya berkenalan dengan Digital Marketing. Dari pekerjaan saya yang pertama ini, saya tahu apa yang saya inginkan dalam karir: menjadi Marketing Manager dalam 5 tahun ke depan. Well, saya tipe orang yang harus punya life goal sebagai pedoman hidup, jadi penting sekali untuk punya hal yang ingin dicapai, sehingga kita tahu apa yang harus kita lakukan untuk mencapai hal tersebut.

Seiring dengan perubahan kondisi dan peningkatan karir saya, saya sadar bahwa otak kanan saya selama ini tidak dirangsang secara optimal. Andai dulu saya sudah tahu ingin jadi apa saat saya besar nanti, mungkin saya akan lebih banyak belajar tentang fotografi, mix & match baju, atau manajemen brand. Tapi bagi saya, tidak ada kata terlambat. Kini saat makin banyak referensi dan opportunity yang saya miliki, saya harus lebih cepat menyerap semuanya sehingga saya tidak akan kehilangan kesempatan untuk mengembangkan diri. Selain itu, saya juga ingin berkontribusi kepada generasi muda dengan membagikan ilmu serta pengalaman yang saya miliki supaya mereka paham dengan diri mereka sendiri dan pada akhirnya dapat berkontribusi kepada komunitas terdekatnya. Terima kasih kepada Kelas Inspirasi, semoga nanti anak-anak Indonesia di pelosok tidak hanya tahu profesi Dokter, Polisi dan Guru tapi juga profesi kreatif. Namun bagi saya, Kelas Inspirasi ini juga penting untuk siswa SMA, karena di level pendidikan inilah dimana para remaja menjadi galau mau jadi apa kelak, sehingga mereka harus lebih diarahkan.

Ingat, saat Anda salah jurusan, jangan khawatir, masih banyak jalan menuju Roma! Find what your true passion is, back on the track and ride even faster! Thus, you will find your key of a happier life!

Xoxo,

Sunday 17 September 2017

#AcneDiary: My Acne Series Product Review

Melanjutkan postingan saya tentang pengobatan jerawat yang saya coba, setelah mendapatkan pencerahan dari Bali trip saya yang terakhir, akhirnya saya ke apotek cari Mediklin. Harganya sekitar Rp 50,000-an. Selain Mediklin, saya juga berbelanja lemon dan madu yang saya gunakan sebagai masker wajah.

Mediklin sih highly recommended ya, tapi bagi saya, obat ini perih bangeeet. Apalagi dikombinasikan dengan masker lemon, my face feels like burned. So I stop. Tapi belum ada sebulan penggunaan, perubahan pada jerawat terasa, jerawat jadi mengering. But then again, saya nggak sanggup, jadi saya stop.

Long story short, atas rekomendasi dan nyoba-nyobain produk teman-teman dekat saya, akhirnya saya memakai beberapa produk ini; Oxy 10, Hatomugi, Oxy Cover dan Hadalabo Anti Aging. Berikut review saya mengenai produk tersebut.



OXY 10

I may say, Oxy 10 is a miracle. Cliche? I think not. Oxy 10 adalah produk untuk mengobati jerawat dengan kandungan 10% Benzoyl Peroxide, zat yang mampu melawan bakteri penyebab jerawat. Cara pemakaiannya adalah dengan mengoleskan krim tersebut pada jerawat dan voila, dalam 1-3 hari jerawat akan mengering. Pada kasus saya, karena yang jerawatan hampir semuka, makanya saya ngolesinnya kayak ngolesin krim malam. Kulit kering adalah salah satu efek yang ditimbulkan oleh Oxy 10. Selain kering, kulit saya kehilangan kelenturannya sehingga muncul kerutan. Akhirnya saya kombinasikan dengan produk kedua: Hatomugi.

Anyway, Oxy 10 ini tidak dijual di Indonesia, hanya di Singapore. Tapi jangan sedih, dengan kemajuan tekhnologi saat ini, Anda dapat dengan mudah membelinya di Tokopedia maupun Online Shop di Instagram. Harga 25 gr Oxy 10 sekitar SGD 9 di Indonesia ada yang menjual Rp 75,000 - Rp 125,000. Ada juga kemasan yang lebih kecil 10 gr dengan harga sekitar SGD 4,5 dan dijual sekitar Rp 45,000 - Rp 55,000.

Oh ya, selain Oxy 10, ada juga Oxy 5. Bedanya terletak pada persentase kandungan Benzoyl. Bagi kamu yang jerawatnya tidak terlalu parah, kamu bisa mencoba Oxy 5 terlebih dulu. Kalau Oxy 5 tidak terlalu memberikan efek yang nyata, kamu bisa beralih ke Oxy 10. Karena kondisi kulit dan jerawat saya yang cukup parah, saya langsung memutuskan untuk menggunakan Oxy 10. Awal pemakaian agak perih tapi menurut saya tidak seperih Mediklin. Sejak pakai Oxy 10, saya tidak lagi menggunakan masker lemon, karena jerawat cepet banget kempesnya. Kalau kamu masih ragu dengan Oxy 10, kamu bisa baca review dari pengguna lainnya di Female Daily.

Jerawat saya memang cepat kering dan hilang, namun bukan berarti tidak ada lagi jerawat ya. Jerawat bulanan yang disebabkan karena haid tetap datang, tapi jerawat lainnya tidak lagi ada. Jadi saya cukup merekomendasikan produk ini bagi kamu yang saat ini sedang mencari obat jerawat yang aman dan bekerja dengan cepat.

Hatomugi

Atas rekomendasi teman, saya membeli Hatomugi untuk mengatasi kulit kering saya yang disebabkan karena pemakaian Oxy 10. Hatomugi bisa digunakan sebagai toner dan masker. Jadi saya membersihkan muka saya dengan produk ini, lalu cuci muka. Setelah itu saya menotolkan Hatomugi pada kapas dan mengompres muka saya dengan kapas-kapas tersebut. Dalam 2-3 minggu, kulit saya berangsur-angsur membaik dan kembali halus.

Teman saya mengatakan, Hatomugi ini adalah FTE SK II ala-ala. Kenapa menyebutnya seperti itu? Karena efek yang ditimbulkan hampir sama tapi harganya murah banget. Untuk produk sebesar itu harganya hanya Rp 90,000-an. Produk kecantikan Jepang ini bisa Anda dapatkan di Watson atau Guardian. Wajib banget dicoba!

Oxy Cover

Oxy Cover ini sama halnya dengan Oxy 10, mengandung benzoyl untuk mengatasi masalah jerawat. Bedanya, Oxy Cover ini berwarna coklat, jadi Anda bisa mengaplikasikannya untuk menutupi jerawat saat akan pergi ke kantor atau acara lainnya. Selain bisa mengobati jerawat, Oxy Cover juga berfungsi sebagai concealer. Smart product!

Oxy Cover juga tidak dijual di Indonesia, tapi kamu bisa dengan mudahnya membeli produk ini di Tokopedia maupun Online Shop di Instagram. Sizenya hanya ada 1, 25 gr, harganya saya lupa tapi sepertinya 11-12 sama Oxy 10.

Hadalabo

Sebenarnya perkenalan saya dengan Hadalabo berawal dari ketidaksengajaan. Jadi waktu itu adek saya nitip dibeliin starter pack Hadalabo, tapi dia tidak tahu perbedaan ketiga starter pack yang berbeda warna itu. Saya baca satu per satu dan ketemulah dengan Hadalabo merah yang berfungsi sebagai anti aging. Saya tertarik dengan produk ini karena, walaupun kulit saya sudah tidak kering lagi, tapi kerutan di area mata belum menghilang. Saat itu, saya mencoba pelembab Skin Aqua yang sangat direkomendasikan oleh beberapa orang di Female Daily dan juga oleh seorang teman. Tapi mungkin karena kulit saya semacam kulit badak yang tebal banget, jadi Skin Aqua ini kurang maksimal untuk mengatasi masalah kulit yang saya alami.

Starter pack ini terdiri dari 3 produk; facial wash, lotion dan milk. Well, sebenarnya saya kurang paham juga beda fungsi lotion dan milk, tapi saya kombinasikan saja penggunaannya. Saya menggunakan produk ini di malam dan pagi hari. Step yang saya lakukan untuk penggunaan di malam hari adalah sebagai berikut; bersihkan muka dengan toner Hatomugi, lalu cuci muka dengan Hadalabo Facial Wash, lalu kompres muka dengan Hatomugi selama 10-15 menit, terakhir oleskan Lotion kemudian Hadalabo Milk. Untuk penggunaan di pagi hari, stepnya sebagai berikut; cuci muka dengan Hadalabo Facial Wash, lalu bersihkan muka dengan Hatomugi, terakhir aplikasikan Lotion kemudian Milk. Perubahan pada kulit saya terlihat dalam minggu ke-3, kerutan di bagian mata berangsur-angsur menghilang dan kulit kembali kenyal. Starter pack ini murah banget, harganya cuma Rp 35,000 dan bisa Anda beli di Watson, Guardian atau Century.

Lalu bagaimana dengan Oxy 10 dan Oxy Cover? Saya menggunakan Oxy 10 jika ada jerawat yang meradang, ditotol di area yang berjerawat setelah aplikasi Hadalabo Milk. begitupun untuk Oxy Cover, saya totolkan di area bekas jerawat yang ingin saya samarkan setelah penggunaan Hadalabo Milk.

Jerawat berangsur-angsur hilang
Juli 2017 - Lumayan mulus ya
Saya mulai menggunakan kombinasi produk ini pada bulan Januari 2017, dan hasilnya memang tidak instan. Tapi pada bulan Juli 2017, hasilnya bisa Anda lihat pada foto saya berikut ini. Sorry saya tidak bisa memberikan foto saya saat jerawatan dulu, jadi tidak ada perbandingan before & after. Maklum pas jerawat saya banyak banget, jangankan selfie, foto dari jauh saja suka males. Kalaupun foto, editannya yacalam banget deh.

Hikmah dari pengobatan jerawat yang saya lakukan selama hampir 1 tahun ini adalah, sebagai wanita kita harus paham bahwa kulit masing-masing orang berbeda, sehingga membutuhkan perawatan yang berbeda pula. Produk-produk yang saya coba ini bisa jadi berhasil pada kulit saya, tapi belum tentu berhasil pada kulit Anda. Kalau saat ini Anda masih berjuang dalam memerangi jerawat, pesan saya adalah sabar dan jangan menyerah. Keep trying! Semoga review saya ini bermanfaat ya, dan jangan lupa untuk selalu cuci muka secapek apapun Anda, serta tidur di bawah jam 12 malam karena kurang tidur juga bisa memicu timbulnya jerawat.

Love,
M